PUNA Indonesia, juga tidak kalah dari yang dimiliki negara adidaya Amerika Serikat. Ia dilengkapi dengan sistem navigasi dan kendali terbang jarah jauh yang akurat, sistem komunikasi data-link yang mampu terus-menerus mengirimkan data status pesawat, target dan informasi penginderaan dengan format gambar digital secara real-time. Dengan bobot ringan, PUNA mudah bermanuver sehingga membuatnya praktis digunakan untuk berbagai tugas.
Adalah peneliti Indonesia dari BPPT yang merancang dan membangun pesawat nirawak ini seperti: Ir. Joko Purwono, M.Sc, Ir.Akhmad Rifai, M.Sc, Ir. Bambang Mulyadi, Ir. Djatmiko, Ir.Adrian Zulkifli, Ir.Karyawan, M.Eng, Dewi Habsari Budiarti, ST, Jemie Muliadi, ST, Dyah Jatiningrum, ST, dan Akhmad Farid Widodo, ST, M.TT.
Tujuan dari PUNA ini adalah : "Penggunaan 'mata' dan sistem penginderaan yang canggih dan komunikasi yang real-time memungkinkan kita untuk melihat apa yang dilihat dari PUNA tanpa harus berada di dalamnya.
Jika dibandingkan dengan UAV Amerika Serikat, PUNA Indonesia berbeda tujuannya. Amerika Serikat menggunakan UAV untuk keperluan mata-mata militer, inteljen dan membawa bom serta menyerang sasaran, sementara PUNA Indonesia digunakan untuk kepentingan pemetaan geografi, tetapi tidak menutup kemungkinan digunakan untuk mengumpulkan data intelijen.
PUNA/UAV Indonesia:
UAV Gagak |
Smart Eagle II |
Wulung |
Srinti |
Wulung Sedang Beraksi |
Pesawat nirawak semakin populer setelah Amerika Serikat selalu melibatkan penggunaannya dalam berbagai matra tempur berbagai medan di seluruh dunia terutama Timur Tengah. Seperti di Iran, dimana baru-baru ini UAV AS berhasil ditembak jatuh oleh pertahanan udara Iran.
Tak hanya itu, di dunia film, beberapa kali UAV digunakan seperti pada film The Day the Earth Stood Still dan Skyline.
Penggunaan UAV dalam Skyline Movie |
Sekian...
Mau bermain-main dengan mainan militer, silakan kunjungi:
Sumber:
Foto dari berbagai sumber