Republic F-105D Thunderchief Military Jet -->

Mainan Militer

Mainan Militer

Wednesday, 28 December 2011

Kisah Anoa 6x6 TNI



Anoa 6x6 TNI

Anoa merupakan kendaraan tempur pengangkut personel serba guna (Armored Personnel Carrier/APC) 6x6. Kendaraan lapis baja itu memiliki sistem penggerak roda simetris yang dirancang khusus untuk TNI AD, khususnya kavaleri.

Kendaraan tempur ini lahir akibat embargo alat utama sistem senjata (alutsista) TNI oleh Amerika Serikat. Bukannya Indonesia melemah, malahan memompa Indonesia mampu memproduksi alutsista untuk kebutuhannya sendiri. Adalah PT Perindustrian Angkatan Darat (Pindad), perusahaan industri dan manufaktur yang bergerak dalam pembuatan produk militer dan komersial, yang membuktikan bahwa Indonesia bisa mandiri dalam pembuatan alutsistanya. Sebagai pabrik senjata satu-satunya di Asia Tenggara, PT Pindad memiliki sejumlah produk unggulan, diantaranya Panser Anoa 6x6.

Panser Anoa ini mampu mengangkut 10 personel dengan tiga kru, satu komandan, dan satu "gunner" yang berada di atap. Panser itu juga dilengkapi dengan "mounting" senjata cal. 12,7 mm yang dapat berputar 360 derajat. Anoa menggunakan badan berdesain monocoque berlapis baja. Sistem suspensi batang torsi baru dikembangkan untuk panser ini. Mesin dan transmisi menggunakan produk Renault dari Prancis. Panser Anoa berkekuatan 320 tenaga kuda dengan mesin 7.000 cc.

Interior Anoa
Asal-usul  Anoa sendiri ternyata diambil dari hewan Anoa yang hidup di Pulau Sulawesi. Dilihat dari bodi-nya memang ada kemiripan antara hewan Anoa, dan kendaraan panser ini. Perbandingannya bisa dilihat disini.

Mirip aslinya gan atau agan sendiri yang mirip?
Klonengan yang mantap, matanya mirip gan
Sejak 2003, panser Indonesia ini sudah digunakan pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Lebanon. Panser itu mampu melaju hingga 90 kilometer per jam. Anoa ternyata tercepat di kelasnya. Hanya butuh delapan detik bagi Anoa untuk berakselerasi dari nol hingga 60 kilometer per jam. Bobot 12 ton tidak menghambat Anoa bergerak lincah di segala medan.

Panser Anoa untuk kepentingan misi PBB di Lebanon
Anoa mampu melompati parit selebar 1 meter,  menggarap tanjakan dengan kemiringan 45 derajat dan melintasi aneka rintangan. Suspensinya juga terbilang empuk jenis independent modular dan torsion bar. Selain itu, sistem navigasi generasi terbaru ditambah alat komunikasi anti-jamming melengkapi interior panser ini. Anoa berbelok dengan menggerakkan sepasang roda depan dan sepasang roda tengah. Walau dengan ban terkoyak peluru sekalipun, Anoa masih bisa bergerak sejauh 80 kilometer (Gak usah pake lembat, lem ban motor dan mobil otomatis tambal sendiri, seharga 50 ribuan:)), dan gak perlu susah-susah cari tukang tambal ban.
Anoa melahap tanjakan curam
Ban Anoa terkoyak peluru? tak usah pakai Lembat
Panser Anoa menggunakan baja khusus setebal 10 milimeter, kebal dari sebagian besar peluru. Tak hanya itu, Anoa kedap air sehingga mampu menyeberangi sungai. Persenjataan yang sudah terpasang adalah senapan mesin 7,62 mm dan 12,7 mm untuk varian infanteri dan Automatic Granade Launcher (AGL) 40 mm untuk varian kavaleri.

Menurut catatan beberapa negara telah memesan panser ini seperti Malaysia, Timor Leste, Nepal, dan Afrika Selatan. sejauh ini, Kerajaan Oman telah memesan sebanyak 200 unit sehingga menjadikannya negara terbanyak pemesan panser Indonesia. Nepal memesan 30 unit. Sementara Chili dan Portugal masih dalam tahap negosiasi pemesanan.

Kalau pemasarannya mantap, banyak yang beli
Dengan kehadiran Anoa, PT Pindad telah mengukuhkan bahwa Indonesia sebagai penghasil panser terbaik di kawasan Asia Tenggara.

Adapted from Metrotvnews.com

Belum selesai gan, masih ada miniatur yang bisa agan koleksi disini:

Miniatur Anoa layak dikoleksi
Klik link untuk info lebih lanjut:

Miniatur Anoa Harga Terjangkau

Sampai jumpa di artikel selanjutnya :D



Saturday, 17 December 2011

Jatuhnya Pesawat XB-70 Valkyrie


Valkyrie XB-70 Lepas Landas
Pesawat XB 70 Valkyrie adalah salah satu produk USAF sebagai pesawat pengebom nuklir strategis. Pesawat unik ini dirancang oleh North American Aviation pada akhir tahun 1950-an. Valkyrie mampu terbang dengan kecepatan Mach 3+ pada ketinggian 21,000 meter, sehingga dapat menghindari pesawat pencegat (interseptor), salah satu cara menghindari pertahanan anti pengebom pada masa itu. 
Dalam Formasi Uji Terbang 
Walau akhirnya proyek B-70 ini dibatalkan, tetapi sempat menghasilkan dua pesawat prototipe jenis XB-70A dan digunakan sebagai uji terbang supersonik dari tahun 1964 sampai 1969.
Pada tanggal 8 Juni 1966, setelah berpartisipasi dalam pengambilan gambar/foto "General Electric", sejumlah pesawat yang menggunakan mesin GE kebetulan sedang mengambil gambar, dan tiba-tiba sebuah pesawat F-104 meluncur mengenai bagian atas salah satu pesawat Valkyrie, pilot Starfighter tewas sementara pesawat Valkyrie terpelintir. Pilotnya selamat sementara kopilot tewas. 
Tabrakan di udara

Setelah tabrakan terpelintir

Api menjilat pesawat

Terpelintir

Akhir dari riwayat salah satu pesawat Valkyrie
Video urutan kejadian
Salah satu pesawat yang masih tersisa dipensiunkan dan dipamerkan di Museum AU AS, Ohio tahun 1969. Sampai sekarang kita masih bisa melihatnya. 
Beristirahat dengan tenang di museum bersama sahabat
Sementara itu, Uni Soviet yang kegerahan dengan proyek B-70 AS ini segera membangun MiG-25 untuk menghadapi ancaman tersebut, walau akhirnya AS sendiri menghentikan program tersebut. 
Jawaban Uni Soviet untuk B-70 Amerika Serikat
Itulah akhir dari riwayat XB-70 Valkyrie yang dijuluki Sky Giant (Raksasa Langit), hidupnya singkat tapi sanggup memberi kontribusi untuk penelitian aerodinamis AU AS. 
Model replika dari pesawat fenomenal itu bisa kita lihat disini: 
Replika XB-70 Valkyrie
Informasi lebih jauh tentang model replika pesawat XB-70 Valkyrie bisa didapati disini: 
Terimakasih, sampai jumpa pekan depan dengan cerita militer lainnya. 
See you...

Saturday, 10 December 2011

Duel F-16 Indonesia vs F/A 18 Hornet US Navy Bawean 2003

Adakah Anda pernah mendengar insiden Bawean?
Insiden Bawean merupakan duel udara pesawat tempur F-16 TNI-AU versus pesawat tempur F/A 18 Hornet milik Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) yang menerobos masuk wilayah Indonesia di atas kepulauan Bawean. Ini adalah insiden faktual.


2 buah F-16 sedang take-off untuk melakukan intersepsi
Tanggal 3 Juli 2003, kawasan udara di atas Pulau Bawean sontak memanas ketika lima pesawat asing yang kemudian diketahui sebagai pesawat F/A 18 Hornet terdeteksi radar TNIAU. Dari pantauan radar kelima Hornet terbang cukup lama, lebih dari satu jam dengan manuver sedang latihan tempur. Untuk sementara Kosek II Hanudnas (Komando Sektor II Pertahanan Udara Nasional) dan Popunas (Pusat Operasi Pertahanan Udara Nasional) belum melakukan tindakan identifikasi dengan cara mengirimkan pesawat tempur karena kelima Hornet kemudian menghilang dari layar radar.


Pesawat-pesawat F/A 18 Hornet US Navy di Bawean
Sekitar dua jam kemudian, Radar Kosek II kembali menangkap manuver Hornet. Karena itu panglima Konanudnas menurunkan perintah untuk segera melakukan identifikasi. Apalagi manuver sejumlah Hornet itu sudah mengganggu penerbangan komersial yang akan menuju ke Surabaya dan Bali serta sama sekali tak ada komunikasi dengan ATC terdekat.


Dua pesawat tempur buru sergap F-16 TNI-AU yang masing-masing diawaki Kapten Pnb. Ian Fuadi/Kapten Fajar Adrianto dan Kapten Pnb. Tony Heryanto/Kapten Pnb. Satro Utomo segera disiapkan. Misi kedua F-16 itu sangat jelas yaitu melakukan identifikasi visual dan sebisa mungkin menghindari konfrontasi mengingat keselamatan penerbang merupakan yang utama. Selain itu, para penerbang diminta agar tidak mengunci (lock on) sasaran dengan radar atau rudal sehingga misi identifikasi tidak dianggap mengancam. Namun demikian, untuk menghadapi hal yang terduga kedua F-16 masing-masing dua rudal AIM-9 P4 dan 450 butir amunisi kanon kaliber 20 mm.


Menjelang petang, Falcon Flight F-16 melesat ke udara dan tak lama kemudian kehadiran mereka langsung disambut dua pesawat Hornet. Radar Falcon Flight segera menangkap kehadiran dua Hornet yang terbang cepat dalam posisi siap tempur. Perang radar atau jamming antara kedua pihak pun berlangsung seru. Yang lebih menegangkan pada saat yang sama, F-16 yang berada pada posisi pertama telah dikunci, lock on oleh radar dan rudal Hornet. F-16 kedua yang terbang dalam posisi supporting Fighter juga dikejar oleh Hornet lainnya. Namun posisi F-16 kedua lebih menguntungkan. Jika memang harus terjadi dog fight ia bisa melancarkan bantuan.

Untuk menghindari sergapan rudal lawan seandainya memang benar-benar diluncurkan, F-16 pertama lalu melakukan manuver menghindar, yakni hard break berbelok tajam hampir 90 derajat ke arah kanan dan kiri serta melakukan gerakan zig-zag. Manuver tempur itu dilakukan secara bergantian baik oleh F-16 maupun Hornet yang terus ketat menempel. Melihat keadaan yang semakin memanas, F-16 kedua lalu mengambil inisiatif menggoyang sayap (rocking wing) sebagai tanda bahwa kedua pesawat F-16 TNI-AU tidak mempunyai maksud mengancam.



Sekitar satu menit kemudian, kedua F-16 berhasil berkomunikasi dengan kedua Hornet yang mencegat mereka. Dari komunikasi singkat itu akhirnya diketahui bahwa mereka mengklaim sedang terbang di wilayah perairan internasional. "We are F-18 Hornets from US Navy Fleet, our position on International Water, stay away from our warship". F-16 pertama lalu menjelaskan bahwa mereka sedang melaksanakan patroli dan bertugas mengidentifikasi visual serta memberi tahu bahwa posisi F-18 berada di wilayah Indonesia. Mereka juga diminta mengontak ke ATC setempat, karena ATC terdekat Bali Control belum mengetahui status mereka.

Usai kontak Hornet AS itu terbang menjauh sedang kedua F-16 TNI-AU return to base, kembali ke pangkalannya Lanud Iswahjudi Madiun. Selain berhasil bertemu dengan Hornet, kedua F-16 TNI-AU juga melihat sebuah kapal perang Frigat yang sedang berlayar ke arah timur. Setelah kedua F-16 mendarat selamat di pangkalan TNI-AU menerima laporan dari MCC Rai (ATC Bali) bahwa fligh Hornet merupakan bagian dari armada US Navy. Namun yang paling penting dan merupakan tolak ukur suksesnya tugas F-16, Hornet AL AS itu baru saja mengontak MCC RAI dan melaporkan kegiatannya.



Keesokan harinya TNI-AU terus mengadakan pemantauan terhadap konvoi armada laut AS itu dengan mengirimkan pesawat intai B737.


B 737 TNI AU bersiap mengintai USS Carl Vinson 
Hasil pengintaian dan pemotretan menunjukkan bahwa armada laut AS yang terdiri dari kapal induk USS Carl Vinson, dua frigat dan satu destroyer sedang berlayar diantara Pulau Madura dan Kangean menuju Selat Lombok. Selama operasi pengintaian itu pesawat surveillance B737 terus dibanyangi dua F/A 18 Hornet AL AS. Bahan-bahan yang didapat dari misi itu kemudian dipakai oleh pemerintah untuk melancarkan "keberatan" secara diplomatik terhadap pemerintah AS.

Kapal Induk USS Carl Vinson di sekitar Bawean
Sumber: http://www.bawean.net

Untuk mengenang kehebatan pilot-pilot TNI AU dalam keberaniannya mengintersepsi raksasa militer, ada baiknya kita melihat miniatur F-16, atau bahkan mengoleksinya,...


Replika F-16
Get the toy here,...coba link ini untuk produk rakitan:

Jual Pesawat Rakitan F-16

Sampai jumpa pada kisah heroik lainnya :)

Friday, 2 December 2011

Kecelakaan Mobil Polisi Italia

Foto-foto ini asli. Sejak tahun 2003, Lamborghini menyumbangkan sejumlah mobil super produksinya untuk digunakan oleh Polisi Italia. Pada tahun 2009, salah satu mobil polisi Lamborghini mengalami kecelakaan, lihat kejadiannya disini...


Awalnya, mobil patroli baru bagi polisi Italia, sesuatu yang mereka butuhkan untuk mengejar para pengebut gila...








Mobil 'WOW"...tapi sayang mereka tidak menemukan pengendara yang baik untuk mengemudikan mobil mahal dan kinclong ini,...







Tunggu, ....sebelum sempat melihat yang benerannya, dan sebelum membeli yang asli,...lihat dulu miniaturnya disini,...




Lanjut gan disini:
Miniatur Mobil Polisi Italia
.....



Thursday, 24 November 2011

V-22 Osprey, Gabungan antara Heli dan Pesawat



Dalam sebuah penyerbuan untuk menangkal aksi robot alien, pasukan khusus AS dikirimkan. Mereka menaiki sebuah pesawat seperti CN-212 versi militer tetapi memiliki baling-baling dan moncongnya menyerupai helikopter. Dengan kecepatan terbang melebihi helikopter, pasukan itu memasuki kota dengan gedung-gedung tinggi. Tetap malang, baru sampai pantainya saja beberapa pesawat telah jatuh karena diserang oleh robot-robot alien. Untung saja beberapa berhasil lolos, dan mampu menerjunkan  beberapa personil pasukan khusus yang terjun turun dengan merentangkan tangan dan menghasilkan sayap seperti capung. 
Itulah sekelumit penyerbuan dengan menggunakan pesawat yang bernama V-22 Osprey. Pesawat keluaran Amerika Serikat yang lagi-lagi menghasilkan desain dan teknologi inovatif. Sesuatu yang tidak terbayangkan oleh kita sebelumnya. 


V-22 Osprey merupakan pesawat terbang untuk berbagai jenis layanan (terutama untuk misi milter). Pesawat ini mengkombinasikan teknologi tiltrotor yang membuatnya mampu melakukan manuver vertikal helikopter dan bisa mencapai kecepatan dan jangkauan terbang pesawat bersayap tetap. Jika mesin dan rotor pada posisi vertikal, V-22 Osprey bisa lepas landas dari landasan konvesional atau terapung seperti helicopter. Dan jika sudah pada ketinggian yang memungkinkan, mesin dan rotor bisa diputar horisontal pesawat bisa difungsikan sebagai pesawat turboprop yang mampu melaju dengan kecepatan tinggi. Kombinasi ini memungkinkan V-22 Osprey untuk melaksanakan operasional yang tidak dapat dilakukan oleh pesawat terbang lain. 

V-22 Osprey mampu mengangkut 24 orang pasukan tempur, 20.000 pons kargo internal atau 15.000 pons kargo eksternal, dan melesat dua kali kecepatan helikopter. Rotor dan sayap dapat dilipat dapat disimpan pada sebuah kapal induk atau kapal perang lainnya.
The Osprey dikembangkan dan dibangun oleh Bell Helicopter Textron dan Boeing Helicopter. Bell yang memproduksi dan mengintegrasikan sayap, nacelles, rotor, sistem drive, permukaan ekor, dan ramp belakang, serta mengintegrasikan mesin Rolls-Royce. Sedangkan Boeing yang memproduksi dan mengintegrasikan pesawat, kokpit, avionik, dan kontrol penerbangan. Pembuatannya dilakukan di beberapa lokasi yaitu Philadelphia, Pennsylvania, dan Amarillo, Texas. Perakitan dan pengiriman terjadi di Amarillo. Tim yang terdiri dari dua pabrikan pesawat ini dikenal sebagai Bell-Boeing. 




Pengguna dan spesifikasi V-22 Osprey


V-22 diproduksi untuk Korps Marinir Amerika Serikat, US Air Force dan Operasi Khusus Angkatan Laut AS. Korps Marinir Amerika Serikat saat ini memiliki sekitar 360 unit MV-22B untuk melakukan serangan tempur dan misi dukungan tempur. Komando Operasi Khusus Angkatan Udara Amerika Serikat memiliki 50 unit CV-22 yang digunakan untuk kebutuhan penerbangan kecepatan tinggi dalam berbagai misi operasi khusus. US Navy memiliki 48 unit HV-22 untuk kebutuhan beberapa misi dukungan tempur.
Anda tertarik memiliki V-22 Osprey yang fenomenal ini?

Ada juga mainan remote untuk pesawat ini, dan merupakan lisensi dari Bell Helicopter Textron dan Boeing Licensed Product. 

Untuk informasi dan pembelian lebih lanjut silakan lihat disini V-22 Osprey Remote Control
Republic F-105D Thunderchief Military Jet